Guys, pernah gak sih kalian kepo, sebenarnya organisasi Islam Persatuan Islam (Persis) itu ngikutin imam siapa sih dalam beribadah dan menjalankan ajaran Islam? Nah, kali ini kita bakal ngupas tuntas tentang imam yang jadi panutan Persis. Yuk, simak baik-baik!

    Mengenal Persis Lebih Dekat

    Sebelum kita membahas lebih jauh tentang imam yang dianut Persis, ada baiknya kita kenalan dulu sama organisasi yang satu ini. Persis, atau Persatuan Islam, adalah organisasi Islam yang didirikan pada tanggal 12 September 1923 di Bandung. Organisasi ini didirikan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman Islam yang sesuai dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah, serta membersihkan ajaran Islam dari bid'ah, khurafat, dan tahayul. Persis dikenal sebagai organisasi yang memiliki perhatian besar terhadap pendidikan dan dakwah. Mereka mendirikan banyak sekolah dan pesantren, serta aktif dalam kegiatan dakwah di berbagai daerah. Persis juga dikenal sebagai organisasi yang kritis terhadap praktik-praktik keagamaan yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam yang murni.

    Persis memiliki ciri khas dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Salah satu ciri khasnya adalah penekanan pada tauhid yang murni dan penolakan terhadap segala bentuk syirik. Selain itu, Persis juga sangat memperhatikan ittiba' (mengikuti) Rasulullah SAW dalam segala aspek kehidupan. Mereka berusaha untuk mengikuti sunnah-sunnah Nabi SAW dalam beribadah, bermuamalah, dan berakhlak. Persis juga dikenal sebagai organisasi yang rasional dan terbuka terhadap pemikiran-pemikiran baru, selama tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Mereka mendorong umat Islam untuk berpikir kritis dan menggunakan akal sehat dalam memahami ajaran agama. Dengan ciri khasnya ini, Persis telah memberikan kontribusi yang besar dalam perkembangan Islam di Indonesia.

    Persis juga memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Para tokoh Persis aktif dalam berbagai organisasi pergerakan nasional dan turut berjuang untuk meraih kemerdekaan. Setelah kemerdekaan, Persis terus berkontribusi dalam pembangunan bangsa melalui pendidikan, dakwah, dan kegiatan sosial. Organisasi ini juga aktif dalam menjaga moralitas bangsa dan mencegah berbagai bentuk kemaksiatan. Persis juga menjalin kerjasama dengan berbagai organisasi Islam lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri, untuk memperjuangkan kepentingan umat Islam. Dengan sejarah panjang dan kontribusi yang besar, Persis menjadi salah satu organisasi Islam yang disegani di Indonesia.

    Lalu, Imam Siapa yang Dianut Persis?

    Okay, sekarang kita masuk ke pertanyaan utama: imam siapa sih yang sebenarnya dianut oleh Persis? Secara umum, Persis tidak terikat secara rigid pada satu imam madzhab tertentu seperti madzhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, atau Hambali. Namun, bukan berarti Persis tidak punya rujukan sama sekali, ya!

    Persis lebih menekankan pada ittiba' (mengikuti) Al-Qur'an dan As-Sunnah secara langsung. Artinya, mereka berusaha untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam berdasarkan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur'an dan hadis-hadis sahih. Dalam hal ini, Persis menggunakan manhaj (metode) ijtihad untuk menggali hukum-hukum Islam dari sumber-sumber tersebut. Ijtihad adalah upaya sungguh-sungguh yang dilakukan oleh seorang mujtahid (ahli ijtihad) untuk menetapkan hukum Islam terhadap suatu masalah yang tidak ada ketentuannya secara jelas dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Persis meyakini bahwa pintu ijtihad tidak pernah tertutup dan setiap Muslim yang memenuhi syarat berhak untuk melakukan ijtihad. Namun, ijtihad harus dilakukan dengan hati-hati dan berdasarkan ilmu yang mendalam agar tidak terjadi kesalahan dalam menetapkan hukum.

    Dalam praktiknya, Persis seringkali merujuk pada pendapat-pendapat para imam madzhab yang dianggap paling sesuai dengan dalil-dalil Al-Qur'an dan As-Sunnah. Mereka tidak fanatik terhadap satu madzhab tertentu, tetapi mengambil pendapat yang paling kuat berdasarkan dalil. Misalnya, dalam masalah fiqih (hukum Islam), Persis mungkin mengambil pendapat Imam Syafi'i dalam satu masalah, tetapi mengambil pendapat Imam Hambali dalam masalah yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa Persis memiliki sikap yang fleksibel dan terbuka terhadap perbedaan pendapat di kalangan ulama. Mereka meyakini bahwa perbedaan pendapat adalah rahmat dan tidak boleh menjadi penyebab perpecahan di antara umat Islam. Persis juga menghormati pendapat-pendapat ulama dari berbagai madzhab dan tidak merendahkan atau mencela pendapat yang berbeda dengan pendapat mereka.

    Persis juga memiliki ulama-ulama sendiri yang компетen dalam melakukan ijtihad. Para ulama Persis ini memiliki pemahaman yang mendalam tentang Al-Qur'an, As-Sunnah, dan ilmu-ilmu Islam lainnya. Mereka juga memiliki kemampuan untuk menganalisis masalah-masalah kontemporer dan memberikan solusi berdasarkan ajaran Islam. Pendapat-pendapat para ulama Persis ini menjadi rujukan bagi anggota Persis dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Namun, Persis tetap mendorong anggotanya untuk belajar langsung dari Al-Qur'an dan As-Sunnah, serta berpikir kritis dalam memahami ajaran agama. Mereka tidak ingin anggotanya hanya menjadi pengikut buta terhadap pendapat ulama, tetapi memiliki pemahaman yang mendalam tentang ajaran Islam dan mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

    Prinsip Utama Persis dalam Beragama

    Secara garis besar, Persis memiliki beberapa prinsip utama dalam beragama, yaitu:

    1. Kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah: Ini adalah prinsip yang paling utama dalam Persis. Segala ajaran dan amalan harus didasarkan pada Al-Qur'an dan As-Sunnah yang sahih. Persis menolak segala bentuk bid'ah, khurafat, dan tahayul yang tidak memiliki dasar dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.
    2. Tauhid yang Murni: Persis sangat menekankan pentingnya tauhid yang murni dan menolak segala bentuk syirik. Mereka meyakini bahwa hanya Allah SWT yang berhak disembah dan tidak boleh ada sekutu bagi-Nya.
    3. Ittiba' Rasulullah SAW: Persis berusaha untuk mengikuti sunnah-sunnah Nabi Muhammad SAW dalam segala aspek kehidupan. Mereka meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah uswatun hasanah (teladan yang baik) bagi seluruh umat Islam.
    4. Ijtihad: Persis meyakini bahwa pintu ijtihad tidak pernah tertutup dan setiap Muslim yang memenuhi syarat berhak untuk melakukan ijtihad. Namun, ijtihad harus dilakukan dengan hati-hati dan berdasarkan ilmu yang mendalam.
    5. Toleransi: Persis menghormati perbedaan pendapat di kalangan ulama dan tidak fanatik terhadap satu madzhab tertentu. Mereka meyakini bahwa perbedaan pendapat adalah rahmat dan tidak boleh menjadi penyebab perpecahan di antara umat Islam.

    Dengan prinsip-prinsip ini, Persis berusaha untuk memberikan pemahaman Islam yang komprehensif dan relevan dengan perkembangan zaman. Mereka juga berusaha untuk menjaga kemurnian ajaran Islam dan mencegah berbagai bentuk penyimpangan.

    Jadi, Kesimpulannya?

    Well, guys, dari penjelasan di atas, bisa kita simpulkan bahwa Persis tidak menganut satu imam madzhab tertentu secara rigid. Mereka lebih menekankan pada ittiba' Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan menggunakan manhaj ijtihad. Dalam praktiknya, Persis seringkali merujuk pada pendapat-pendapat para imam madzhab yang dianggap paling sesuai dengan dalil-dalil Al-Qur'an dan As-Sunnah. Persis juga memiliki ulama-ulama sendiri yang kompeten dalam melakukan ijtihad. Dengan demikian, Persis memiliki fleksibilitas dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam, serta mampu memberikan solusi terhadap masalah-masalah kontemporer berdasarkan ajaran agama.

    Semoga penjelasan ini bisa menjawab rasa penasaran kalian tentang imam yang dianut oleh Persis, ya! Jangan lupa untuk terus belajar dan menggali ilmu agama agar kita bisa menjadi Muslim yang lebih baik. See you in the next article!